Minggu, 15 Juni 2014

Pacarku Dan Adiknya

Cerita ini berawal ketika aku pacaran dengan Dian. Dian adalah seorang gadis mungil dengan tubuh yang seksi dan dibalut oleh kulit yang putih mulus. Walaupun payudaranya tidak terlalu besar, ya… kira-kira berukuran 34 lah. Selama pacaran, kami belum pernah berhubungan badan. Hanya saja kalau nafsu sudah tidak bisa ditahan, biasanya kami melakukan oral seks.

Dian memiliki dua orang adik perempuan yang cantik. Adiknya yang pertama, namanya Elsa, juga mempunyai kulit yang putih mulus. Namun payudaranya jauh lebih besar daripada kakaknya. Menurut kakaknya, ukurannya 36B. Inilah yang selalu menjadi perhatianku kalau aku sedang ngapel ke rumah Dian. Payudaranya yang berayun-ayun kalau sedang berjalan, membuat penisku berdiri tegak karena membayangkan betapa enaknya memegang payudaranya. Sedangkan adiknya yang kedua masih kelas 2 SMP. Namanya Agnes. Tidak seperti kedua kakaknya, kulitnya berwarna sawo matang. Tubuhnya semampai seperti seorang model cat walk. Payudaranya baru tumbuh. Sehingga kalau memakai baju yang ketat, hanya terlihat tonjolan kecil dengan puting yang mencuat. Walaupun begitu, gerak-geriknya sangat sensual.

Pada suatu hari, saat di rumah Dian sedang tidak ada orang, aku datang ke rumahnya. Wah, pikiranku langsung terbang ke mana-mana. Apalagi Dian mengenakan daster dengan potongan dada yang rendah berwarna hijau muda sehingga terlihat kontras dengan kulitnya. Kebetulan saat itu aku membawa VCD yang baru saja kubeli. Maksudku ingin kutonton berdua dengan Dian. Baru saja hendak kupencet tombol play, tiba-tiba Dian menyodorkan sebuah VCD porno.
“Hei, dapat darimana sayang?” tanyaku sedikit terkejut.
“Dari teman. Tadi dia titip ke Dian karena takut ketahuan ibunya”, katanya sambil duduk di pangkuanku.
“Nonton ini aja ya sayang. Dian kan belum pernah nonton yang kayak gini, ya?” pintanya sedikit memaksa.
“Oke, terserah kamu”, jawabku sambil menyalakan TV.

Beberapa menit kemudian, kami terpaku pada adegan panas demi adegan panas yang ditampilkan. Tanpa terasa penisku mengeras. Menusuk-nusuk pantat Dian yang duduk di pangkuanku. Dian pun memandang ke arahku sambil tersenyum. Rupanya dia juga merasakan.
“Ehm, kamu udah terangsang ya sayang?” tanyanya sambil mendesah dan kemudian mengulum telingaku. Aku hanya bisa tersenyum kegelian. Lalu tanpa basa-basi kuraih bibirnya yang merah dan langsung kucium, kujilat dengan penuh nafsu. Jari-jemari Dian yang mungil mengelus-elus penisku yang semakin mengeras.

Lalu beberapa saat kemudian, tanpa kami sadari ternyata kami sudah telanjang bulat. Segera saja Dian kugendong menuju kamarnya. Di kamarnya yang nyaman kami mulai melakukan foreplay. Kuremas payudaranya yang kiri. Sedangkan yang kanan kukulum putingnya yang mengeras. Kurasakan payudaranya semakin mengeras dan kenyal. Kuganti posisi. Sekarang lidahku liar menjilati vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan kugigit dengan lembut.

“Aahh… ahh… sa.. sayang, Dian udah nggak kuat… emh… ahh… Dian udah mau keluar… aackh… ahh… ahh!” Kurasakan ada cairan hangat yang membasahi mukaku. Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah mulutnya. Tangan Dian meremas batangku sambil mengocoknya dengan perlahan, sedangkan lidahnya memainkan buah pelirku sambil sesekali mengulumnya. Setelah puas bermain dengan buah pelirku, Dian mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Mulutnya yang mungil tidak muat saat penisku masuk seluruhnya. Tapi kuakui sedotannya memang nikmat sekali. Sambil terus mengulum dan mengocok batang penisku, Dian memainkan puting susuku. Sehingga membuatku hampir ejakulasi di mulutnya. Untung masih dapat kutahan. Aku tidak mau keluar dulu sebelum merasakan penisku masuk ke dalam vaginanya yang masih perawan itu.

Saat sedang hot-hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan Dian terkejut bukan main. Ternyata yang datang adalah kedua adiknya. Keduanya spontan berteriak kaget.
“Kak Dian, apa-apan sih? Gimana kalau ketahuan Mama?” teriak Agnes. Sedangkan Elsa hanya menunduk malu. Aku dan Dian saling berpandangan. Kemudian aku bergerak mendekati Agnes. Melihatku yang telanjang bulat dengan penis yang berdiri tegak, membuat Agnes berteriak tertahan sambil menutup matanya.
“Iih… Kakak!” jeritnya. “Itunya berdiri!” katanya lagi sambil menunjuk penisku. Aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya.
Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata, “Agnes, Kakak sama Kak Dian kan nggak ngapa-ngapain. Kita kan lagi pacaran. Yang namanya orang pacaran ya… kayak begini ini. Nanti kalo Agnes dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak begini juga. Agnes udah bisa apa belum?” tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus. Agnes menggeleng perlahan.
“Mau nggak Kakak ajarin?” tanyaku lagi. Kali ini sambil meremas pantatnya yang padat.
“Mmh, Agnes malu ah Kak”, desahnya.
“Kenapa musti malu? Agnes suka nggak sama Kakak?” kataku sambil menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi rambut halus.
“Ahh, i.. iya. Agnes udah lama suka ama Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak Dian”, jawabnya sambil memejamkan mata.

Tampaknya Agnes menikmati ciumanku di lehernya. Setelah puas menciumi leher Agnes, aku beralih ke Elsa.
“Kalo Elsa gimana? Suka nggak ama Kakak?” Elsa mengangguk sambil kepalanya masih tertunduk.
“Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi”, kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat tidur.
Elsa duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak mau, tapi setelah kurayu sambil kuraba payudaranya yang besar itu, Elsa mau juga. Bahkan setelah beberapa kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya, Elsa tampaknya sangat menikmati tugasnya itu. Sementara Elsa sedang memainkan penisku, aku mulai merayu Agnes. “Agnes, bajunya Kakak buka ya?” pintaku sedikit memaksa sambil mulai membuka kancing baju sekolahnya. Lalu kulanjutkan dengan membuka roknya. Ketika roknya jatuh ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai basah.

Segera saja kulumat bibirnya dengan bibirku. Lidahku bergerak-gerak menjilati lidahnya. Agnes pun kemudian melakukan hal yang sama. Sambil tetap menciumi bibirnya, tanganku bermaksud membuka BH-nya. Tapi segera ditepiskannya tanganku.
“Jangan Kak, malu. Dada Agnes kan kecil”, katanya sambil menutupi dadanya dengan tangannya. Dengan tersenyum kuajak dia menuju ke kaca yang ada di meja rias. Kusuruh dia berkaca. Sementara aku ada di belakangnya. “Dibuka dulu ya!” kataku membuka kancing BH-nya sambil menciumi lehernya.

Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai, payudaranya kuremas perlahan sambil memainkan putingnya yang berwarna coklat muda dan sudah mengeras itu. “Nah, kamu lihat sendiri kan. Biar dada kamu kecil, tapi kan bentuknya bagus. Lagian kamu kan emang masih kecil, wajar aja kalo dada kamu kecil. Nanti kalo udah gede, dada kamu pasti ikutan gede juga”, kataku sambil mengusapkan penisku ke belahan pantatnya. Agnes mendesah keenakan. Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya terkulai lemas. Hanya nafasnya saja yang kudengar makin memburu. Segera kugendong dia menuju ke tempat tidur. Kutidurkan dan kupelorotkan CD-nya. Bulu kemaluannya masih sangat jarang. Menyerupai bulu halus yang tumbuh di tangannya. Kulebarkan kakinya agar mudah menuju ke vaginanya. Kucium dengan lembut sambil sesekali kujilat klitorisnya. Sementara Elsa kusuruh untuk meremas-remas payudaranya adiknya itu. “Aahh… ach… ge… geli Kak. Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan berhenti. Mmh… aahh… ahh.”

Setelah puas dengan vagina Agnes. Aku menarik Elsa menjauh sedikit dari tempat tidur. Dian kusuruh meneruskan. Lalu dengan gaya 69, Dian menyuruh Agnes menjilati vaginanya. Sementara itu, aku mulai mencumbu Elsa. Kubuka kaos ketatnya dengan terburu-buru. Lalu segera kubuka BH-nya. Sehingga payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan mukaku. “Wow, tete kamu bagus banget. Apalagi putingnya, merah banget kayak permen”, godaku sambil meremas-remas payudaranya dan mengulum putingnya yang besar. Sedangkan Elsa hanya tersenyum malu. “Ahh, ah Kakak, bisa aja”, katanya sambil tangan kirinya mengelus kepalaku dan tangan kanannya berusaha manjangkau penisku.

Melihat dia kesulitan, segera kudekatkan penisku dan kutekan-tekankan ke vaginanya. Sambil mendesah keenakan, tangannya mengocok penisku. Karena kurasakan air maniku hampir saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya yang benar-benar nikmat itu. Harus kuakui, kocokannya lebih nikmat daripada Dian. Setelah menenangkan diri agar air maniku tidak keluar dulu, aku mulai melorotkan CD-nya yang sudah basah kuyup. Begitu terbuka, terlihat bulu kemaluannya lebat sekali, walaupun tidak selebat Dian, sehingga membuatku sedikit kesulitan melihat vaginanya. Setelah kusibakkan, baru terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh Elsa mengangkang lebih lebar lagi agar memudahkanku menjilat vaginanya. Kujilat dan kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh kedua pahanya yang putih mulus dan padat. Nyaman sekali pikirku.

“aahh, Kak… Elsa mau pipiss…” erangnya sambil meremas pundakku.
“Keluarin aja. Jangan ditahan”, kataku.
Baru selesai ngomong, dari vaginanya terpancar air yang lumayan banyak. Bahkan penisku sempat terguyur oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku dalam hati. Hangat.

Setelah selesai, kuajak Elsa kembali ke tempat tidur. Kulihat Dian dan Agnes sedang asyik berciuman sambil tangan keduanya memainkan vaginanya masing-masing. Sementara di sprei terlihat ada banyak cairan. Rupanya keduanya sudah sempat ejakulasi. Karena Dian adalah pacarku, maka ia yang dapat kesempatan pertama untuk merasakan penisku. Kusuruh Dian nungging. “Sayang, Dian udah lama nunggu saat-saat ini”, katanya sambil mengambil posisi nungging. Setelah sebelumnya sempat mencium bibirku dan kemudian mengecup penisku dengan mesra.

Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan penisku ke vaginanya yang sedikit membuka. Lalu mulai kumasukkan sedikit demi sedikit. Vaginanya masih sangat sempit. Tapi tetap kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku agar lebih masuk ke dalam. “Aachk! Sayang, sa… sakit! aahhck… ahhck…” Dian mengerang tetapi aku tak peduli. Penisku terus kuhunjamkan. Sehingga akhirnya penisku seluruhnya masuk ke dalam vaginanya. Kuistirahatkan penisku sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut. Membuatku ingin beraksi lagi. Kumulai lagi kocokan penisku di dalam vaginanya yang basah sehingga memudahkan penisku untuk bergerak. Kutarik penisku dengan perlahan-lahan membuatnya menggeliat dalam kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh Dian menggeliat dengan liar dan mengerang dengan keras. Kemudian tubuhnya kembali melemas dengan nafas yang memburu. Kurasakan penisku bagai disemprot oleh air hangat. Rupanya Dian sudah ejakulasi. Kucabut penisku dari vaginanya. Terlihat ada cairan yang menetes dari vaginanya.
“Kok ada darahnya sayang?” tanya Dian terkejut ketika melihat ke vaginanya.
“Kan baru pertama kali”, balas Dian mesra.
“Udah, nggak apa-apa. Yang penting nikmat kan sayang?” kataku menenangkannya sambil mengeluskan penisku ke mulut Elsa. Dian cuma tersenyum dan setelah kucium bibirnya, aku pindah ke Elsa.

Sambil mengambil posisi mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar. Lalu kuletakkan penisku di antara belahan payudaranya. Kemudian kudekatkan kedua payudaranya sehingga menjepit penisku. Begitu penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan kehangatan. “Ooh… Elsa, hangat sekali. Seperti vagina”, kataku sambil memaju-mundurkan pinggulku. Elsa tertawa kegelian. Tapi sebentar kemudian yang terdengar dari mulutnya hanyalah desahan kenikmatan.

Setelah beberapa saat mengocok penisku dengan payudaranya, kutarik penisku dan kuarahkan ke mulut bawahnya. “Dimasukin sekarang ya?” kataku sambil mengusapkan penisku ke bibir kewanitaannya. Kusuruh Elsa lebih mengangkang. Kupegang penisku dan kemudian kumasukkan ke dalam kewanitaannya. Dibanding Dian, vagina Elsa lebih mudah dimasuki karena lebih lebar. Kedua jarinya membuka kewanitaannya agar lebih gampang dimasuki. Sama seperti kakaknya, Elsa sempat mengerang kesakitan. Tapi tampaknya tidak begitu dipedulikannnya. Kenikmatan hubungan seks yang belum pernah dia rasakan mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan saat itu. Kupercepat kocokanku. “Aahh… aahh… aacchk… Kak terus Kak… ahh… ahh… mmh… aahh… Elsa udah mau ke… keluar.” Mendengar itu, semakin dalam kutanamkan penisku dan semakin kupercepat kocokanku. “Aahh… Kak… Elsa keluar! mmh… aahh… ahh…” Segera kucabut penisku. Dan kemudian dari bibir kemaluannya mengalir cairan yang sangat banyak. “Elsa, nikmat khan?” tanyaku sambil menyuruh Agnes mendekat. “Enak sekali Kak. Elsa belum pernah ngerasain yang kayak gitu. Boleh kan Elsa ngerasain lagi?” tanyanya dengan mata yang sayu dan senyum yang tersungging di bibirnya. Aku mengangguk. Dengan gerakan lamban, Elsa pindah mendekati Dian. Yang kemudian disambut dengan ciuman mesra oleh Dian.

“Nah, sekarang giliran kamu”, kataku sambil merangkul pundak Agnes. Kemudian, untuk merangsangnya kembali, kurendahkan tubuhku dan kumainkan payudaranya. Bisa kudengar jantungnya berdegup dengan keras. “Agnes jangan tegang ya. Rileks aja”, bujukku sambil membelai-belai vaginanya yang mulai basah. Agnes cuma mengangguk lemah. Kubaringkan tubuhku. Kubimbing Agnes agar duduk di atasku. Setelah itu kuminta mendekatkan vaginanya ke mulutku. Setelah dekat, segera kucium dan kujilati dengan penuh nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku. Beberapa saat kemudian, “Kak… aahh… ada yang… mau… keluar dari tempe Agnes… aahh… ahh”, erangnya sambil menggeliat-geliat. “Jangan ditahan Agnes. Keluarin aja”, kataku sambil meringis kesakitan. Soalnya tangannya meremas penisku keras sekali. Baru saja aku selesai ngomong, vaginanya mengalir cairan hangat. “Aahh… aachk… nikmat sekali Kak… nikmat…” jerit Agnes dengan tangan meremas-remas payudaranya sendiri.

Setelah kujilati vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku. Begitu jongkok, kuangkat pinggulku sehingga kepala penisku menempel dengan bibir vaginanya. Kubuka vaginanya dengan jari-jariku, dan kusuruh dia turun sedikit-sedikit. Vaginanya sempit sekali. Maklum, masih anak-anak. Penisku mulai masuk sedikit-sedikit. Agnes mengerang menahan sakit. Kulihat darah mengalir sedikit dari vaginanya. Rupanya selaput daranya sudah berhasil kutembus. Setelah setengah dari penisku masuk, kutekan pinggulnya dengan keras sehingga akhirnya penisku masuk semua ke vaginanya. Hentakan yang cukup keras tadi membuat Agnes menjerit kesakitan.

Untuk mengurangi rasa sakitnya, kuraba payudaranya dan kuremas-remas dengan lembut. Setelah Agnes merasa nikmat, baru kuteruskan mengocok vaginanya. Lama-kelamaan Agnes mulai menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku makin dalam menghunjam ke dalam vaginanya yang semakin basah. Kubimbing tubuhnya agar naik turun. “Aahh… aahh… aachk… Kak… Agnes… mau keluar… lagi”, katanya sambil terengah-engah. Selesai berbicara, penisku kembali disiram dengan cairan hangat. Bahkan lebih hangat dari kedua kakaknya. Begitu selesai ejakulasi, Agnes terkulai lemas dan memelukku. Kuangkat wajahnya, kubelai rambutnya dan kulumat bibirnya dengan mesra.

Setelah kududukkan Agnes di sebelahku, kupanggil kedua kakaknya agar mendekat. Kemudian aku berdiri dan mendekatkan penisku ke muka mereka bertiga. Kukocok penisku dengan tanganku. Aku sudah tidak tahan lagi. Mereka secara bergantian mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan air mani yang sejak tadi kutahan. Makin lama semakin cepat. Dan akhirnya, crooottt… croott… creet… creet! Air maniku memancar banyak sekali. Membasahi wajah kakak beradik itu. Kukocok penisku lebih cepat lagi agar keluar lebih banyak. Setelah air maniku tidak keluar lagi, ketiganya tanpa disuruh menjilati air mani yang masih menetes. Lalu kemudian menjilati wajah mereka sendiri bergantian. Setelah selesai, kubaringkan diriku, dan ketiganya kemudian merangkulku. Agnes di kananku, Elsa di samping kiriku, sedangkan Dian tiduran di tubuhku sambil mencium bibirku. Kami berempat akhirnya tertidur kecapaian. Apalagi aku, sepanjang pengalamanku berhubungan seks, belum pernah aku merasakan yang senikmat ini. Dengan tiga orang gadis, adik kakak, masih perawan pula semuanya. That was the best day of my life.

Sabtu, 14 Juni 2014

Viny JKT48 You're The Best


Entah sudah berapa lama aku tidak mengunjungi Lawson dimana mbak Noella dan mbak Viny bekerja..  sebenarnya setelah kejadian saat itu, aku sudah biasa melakukan hubungan intim lebih lanjut dengan Noella. Tapi kesibukan kami selalu menghalangi kami untuk bertemu satu sama lain. Pada akhirnya, kami lost contact untuk waktu yang cukup lama. Saat ini, no hp nya sudah tidak bisa dihubungi, mungkin dia sudah mengganti nomernya. Jadi, hari ini aku ingin menemuinya di tempat dimana ia bekerja.
Jam 8 pagi, aku tiba di Lawson. Tak sabar rasanya ingin bertemu dengan Noella. Buru-buru aku masuk ke dalam toko. Lalu aku disambut dengan baik di tempat itu. “selamat datang, eh si mas.. kemana aja mas? kok baru kelihatan lagi di sini?” Tanya seseorang yang tak asing lagi bagiku di tempat ini, dia adalah Viny.
“yaa namanya juga orang sibuk vin. Hehe maaf deh kalau emang jarang dateng ke sini, padahal rumah deket tapi sibuknya itu yang bikin jauh.” Jawabku ramah, sembari celingak-celinguk cari Noella
“hmm celingak-celinguk kenapa mas? Nyariin Noella ya? aku kasih tau mas, Noella udah nggak kerja di sini lagi. Dia dipindah tugaskan ke cabang lain. Sekarang yang kerja bareng aku di sini sih ada pegawai baru namanya rona, tapi hari ini dia lagi sakit. Jadi aku jaga sendiri deh hari ini” jelas Viny.
“ooh gitu ya, hmm makasih ya vin infonya. Duh sendiri hari ini? Mau aku temenin jaga nggak? Yaa mumpung hari ini lagi kosong jadwal sih. Hehe”  jawabku, iseng aja sih ngomong gitu.
“wah boleh tuh mas, makasih banget kalau mas mau nemenin aku jaga. Bener nih nggak ngerepotin kan mas?” Tanya-nya kepadaku.
“ya nggak ngerepotin lah. Kan aku yang nawarin diri buat nemenin kamu jaga tempat ini. Yaa sambil cerita-cerita aja nanti jaganya, biar nggak kaku gitu kesannya” jawabku santai.
Diapun menyetujuinya. Dan kamipun berbincang-bincang cukup lama. Tidak menentu apa yang kami bahas saat itu..
“hmm maaf nih mas, ada yang mau aku Tanya ke mas.” Dia berkata demikian di tengah perbincangan kami.
“hmm mau Tanya apa emangnya vin? Kok serius gitu?” tanyaku balik.
“mas inget? Hari pertama aku sama noella ketemu mas di sini?” Tanya dia kembali.
“hmm inget kok.. emang kenapa vin?” jawabku balik bertanya. Mulai merasakan sesuatu yang kurang berkenan nih.
“hmm gini mas, maaf nih sebelumnya ya. waktu itu.. aku tau apa yang kalian lakukan. Sebenarnya noella nggak lagi bersihin WC saat itu, tapi dia lagi “main” bareng mas di toilet kan?” pertanyaannya cukup membuatku terpojok. Mau bagaimana lagi? Akhirnya akupun mengakui kejadian itu.
“hmm.. justru aku yang harusnya minta maaf, udah nggak sopan juga melakukan itu di tempat umum. Maaf yah, tapi tolong.. tentang ini jangan dibahas lagi” jawabku pasrah, sambil menaruh jari telunjukku di depan bibirnya tanda untuk diam.
“tenang aja, aku nggak bakal bilang siapa-siapa kok.” Dia tersenyum menjawabnya. Aku tak percaya apa yang terjadi, ia mulai menjilati jariku, dan mengemut jariku. Jariku dipermainkan lidahnya di dalam mulutnya itu. Kulihat wajahnya, ternyata dia menikmati jariku itu. Matanya terpejam, ekspresinya menggambarkan sebuah kenikmatan.
“vin, jangan-jangan.. kamu juga mau ya kayak waktu itu aku sama noella?” tanyaku. Dia menjawab pertanyaanku dengan menganggukkan kepalanya sambil terus mengemut telunjukku itu. Wajahnya seolah olah memohon dengan sangat. Nggak kuasa aku untuk menolak permohonannya itu. Selang beberapa saat, ia melepas emutannya itu lalu pergi ke sakelar listrik Lawson itu. Dia mematikan listriknya dan lalu pergi ke pintu, memutar sign yang tadinya “open” menjadi “closed”, serta tak lupa mengunci pintunya.
“eh serius ini vin? Nggak sebaiknya kamu kerja dulu.. bisa lah kita lakukan nanti kalau emang kamu mau mah.” Kataku kepadanya..
“ssst udah ah nggak apa-apa kok sehari aja telat buka tokonya. Sekarang mau buka-buka yang lain dulu hehe” jawabnya manja dengan senyum yang sangat menggoda. Sungguh, nggak nyangka kalau dia seagresif ini. Astaga kenapa nggak dari dulu aja ya? cewek cakep model dia ini menawarkan diri. Tau gini mah mending dia aja yang waktu itu aku kerjain, bukan noella.
 “Hey!! Kok diem aja? Respon dong” tegurnya.
“eh? Iya maaf, yaudah sekarang gima…. “ ucapanku belum selesai, bibirnya sudah mencium bibirku terlebih dahulu. Aku terdiam sesaat, lalu mulai merasakan sesuatu berusaha masuk ke sela bibirku.ya.. lidahnya.. kubiarkan masuk, dan kubiarkan lidah kami bertemu dan beradu.
Cukup lama kami bercumbu lidah dalam keadaan berdiri. Lalu aku sedikit memaksa untuk berhenti sejenak. Dan diapun bertanya kenapa. “jangan di sini juga vin, masa iya persis di depan pintu kyk gini? Toilet aja yuk, atau nggak di ruang staff aja gimana?” tanyaku.
“ih kaku banget sih, di toilet kan sempit mas, nggak leluasa. Ruang staff juga nggak luas. mending di sini, kan luas. jadi bisa bervariasi deh gaya kita nanti. “ jawabnya, seraya menarikku ke celah – celah rak dagangan.
“nah kan kalau di tempat ini lumayan, ruang renggang. Terus nggak terlihat dari luar karena ketutupan dagangan. Hehe lanjut yuk sayaaang” katanya sambil mencium bibirku kembali. Badannya kini sudah benar-benar rapat dengan badanku, yah sudah dipastikan dia merasakan bahwa si dedek udah keras.
Capek berdiri, kubaringkan dia di lantai sambil terus kucumbu bibirnya. Kini kuberanikan tanganku untuk menyentuh payudaranya. Kusentuh, kumudian kuremas remas payudaranya yang kurang besar itu. Hanya terdengar desahan dari dirinya.
Kucoba untuk melepas seragam kerjanya itu. Saat kulepas 1 kancingnya, “mau dibuka aja? Memang ya.. seragam ini sangat mengganggu, kuingin bermain lebih bebas lagi, aku lepas aja deh ya.” dia berkata demikian. Aku hanya mengangguk aja. Lalu menyaksikan aksinya membuka seragam itu, di balik seragam itu, dia memakai kaos extra ketat berwarna kuning. Tercetak pula bh nya di kaos itu. Tak tahan melihat itu, kembali kugerayangi payudaranya. Kali ini berirama lebih cepat saking gemesnya. Ekspresinya saat itu sangat menggambarkan dia menikmati permainanku ini.
Akupun tidak bisa merasa puas, kuselipkan tanganku ke bagian belakang tubuhnya, kulepas pengait bhnya. Dan kukeluarkan bhnya dari kaos ketatnya itu. Sehingga kali ini benar-benar tercetak jelas kedua payudaranya dibalik kaos ketatnya itu. Akupun langsung kembali meremas payudaranya. Memilin puting nya. Dia tak bisa menahan desahannya. Dan akupun melanjutkan aksiku dengan mengemut puting payudaranya sekaligus dengan kaosnya. Yang otomatis membuat desahannya terdengar lebih nikmat.
“kak, gantian dong. Sekarang giliran aku ya” tiba tiba dia berkata demikian. Akupun mengabulkan permintaannya itu.  Kini dia pun membalikkan posisi kami, sehingga sekarang aku yang terlentang di lantai. Dan dia berada di atasku, mulai melucuti pakaianku. Begitu terlihat kulit di balik pakaianku, dengan agresif langsung diciumi dan dijilati olehnya..
Sekarang, tubuhku tinggal terbaluti oleh celana boxer dan celana dalamku saja. badanku sudah banyak titik kemerahan hasil jamah dari mulutnya. Sekarang dia menurunkan jilatannya kearah boxerku. Dan yang benar saja, dia menjilati boxer dibagian kemaluanku. Boxerku yang sudah menggembung itu dijilatinya, diemut-emut.  Dibalik semua penampilannya yang menggambarkan kekalemannya dia itu, ternyata dia sangat agresif. Dia sudah seperti orang yang sudah beberapa hari tidak makan.. nafsu meen..
Tak puas seperti itu, viny merogoh rogoh tangannya ke dalam boxerku sekaligus dengan celana dalamnya. Sehingga kini, kontolku benar benar berada di genggamannya.. kontolku kini dielus penuh kasih sayang. Perlahan lahan dikocok. Dan ternyata dia sudah tidak sabar untuk segera melihat apa yang sedang digenggamnya itu. Diturunkan saja boxer dan celana dalamku itu. Sehingga kini dia benar benar bisa melihat benda impiannya itu.
“ seperti yang aku duga. Menarik.. pantes aja wewel bisa kamu dapetin.. susah loh buat deketin wewel.” Ucapnya.
“hmm.. berarti buat dapetin kamu gampang ya vin?” jawabku remeh..
“dih enak aja kalau ngomong.. kamu tuh yang gampang.. gampang didapetin sama cewe.. “ ledeknya
“dih ngeselin juga ya kamu.. udah ga usah pegang pegang lagi.” Jawabku kesal, sambil mencoba melepaskan tangannya dari kontolku.
“eeeh jangan gitu.. maaf aku Cuma bercanda kok.. jangan marah ya..” katanya, tangannya tidak mau dilepaskan oleh tanganku dari kontolku. Justru dia mengelus elus kontolku, yang malah bikin kontolku semakin tegang..
“tuuhkaaan.. kamunya gamau aku pegang pegang. Tapi punyamu itu minta lebih” katanya sambil mencoba melepaskan tanganku dengan lembut. Entah, akupun luluh. Kulepaskan tanganku itu sehingga kontolku kembali dikendali penuh olehnya.
Ia kembali mengelus kontolku itu.. dipijat pijat.. dan lalu mulai dikocok perlahan.. jujur saja aku benar” menikmati irama kocokannya pada kontolku.. aku mulai memejamkan mata saking nikmatnya.
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang basah menyentuh kepala kontolku.. saat kulihat, ternyata.. ia mulai menjilati kontolku.. ia menjilat seluruh bagian kontolku itu mulai dari kepala, batang , hingga bijinya..
Setelah kontolku sudah basah oleh air ludahnya.. kini ia mulai membuka mulutnya, memasukan kepala kontolku, hingga sebagian batang kontolku.. dan ia mulai mengocok kontolku dengan mulutnya itu..
“aaah vin.. kamu… luar biasa vin…. “ aku hanya bisa meracau keenakan menerima perlakuannya itu..
Sekitar 3 menit aku diperlakukan demikian.. “engh… vin, boleh nggak? Aku… engh..  juga mau jilat-jilat.” Tanyaku sambil tetap mendesah..
Dia melepas kulumannya. “boleh kok.” Jawabnya.. lalu ia melepas seluruh pakaian yang melekat pada tubuhnya.. aku hanya bisa terkagum kagum akan kemulusan tubuhnya itu.. hanya saja yaaa… bagian dadanya kurang tumbuh :p
“vin, kamu emang cantik.. cantik luar dalam. Luar pakaian dan dalam pakaian.. hehe.. “ ucapku
“ih kamu bisa aja.. hehe makasih ya..” jawabnya malu malu. Lalu ia kembali meraih kontolku, dan kembali mengulumnya. Kali ini posisi tubuhnya terbalik. Sehingga kini wajahku sudah berhadapan dengan memeknya. Merah merekah sangat menggoda.. langsung saja. kulibas permukaan terluar memeknya oleh lidahku ini.. “slurrrp, slurrrp. “
“emmph,, emmph.” Hanya suara itu yg terdengar darinya.. menerima perlakuanku seperti itu.. hisapannya pada kontolku pun semakin kencang.. irama kocokannya pun semakin cepat..
Setelah puas menjilati permukaan memeknya. Sekarang kucoba untuk membuka lubang memeknya itu dengan kedua tanganku.. dan saat lubang surgawi itu terbuka, lidahku langsung kumasukkan, dan kubiarkan menari nari di dalamnya.. kubiarkan lidahku itu menemui samsak memeknya.. atau lebih biasa disebut dengan klitoris.. saat klitorisnya tersentuh, badan viny pun tersentak sentak.. “aaah,, disitu kak… enak banget.. aah” erangnya, sehingga kini kontoku terlepas dari mulutnya..
Sudah menemukan titik lemahnya, akupun bersemangat untuk membantainya pada sesi ini. Kusedot sedot memeknya itu, kubiarkan lidahku bermain dengan klitorisnya. Kubiarkan ia mengerang erang keenakan di ruangan yang hanya ada kami berdua itu. Di antara semua produk dagangan yang menjadi saksi bisu kegiatan pagi kami berdua. Dia hanya bisa mengerang erang keenakan sambil mengocok kontolku dengan kencang..
Tiba-tiba tubuh dia mengejang. Ia mengerang keras, “kaaaaak, aku duluaaan” … “serr” terasa semburan cairan dari dalam memeknya itu. Cukup gelagapan aku menyambutnya. Cukup banyak dan terasa asin. Biar asin begitu, kubiarkan untuk kutelan. Lalu kucoba kembali menyentuh klitorisnya, siapa tau masih ada cairan yang belum sepenuhnya keluar dari memeknya itu. Dia hanya merespon dengan gerakan gerakan lemas. Kembali ia kulum kontolku, walau dirinya dalam keadaan lemas.
“vin, udah capek ya? udahan dulu aja ya mainnya. Kamu kan masih harus kerja.” Ujarku
“hhh.. nggak mau ah.. aku mau bikin kamu K.O dulu. “ jawabnya . nada bicaranya lucu kali ini.
“hm.. yaudah deh sekarang kamu terlentang.” Pintaku.. iapun terlentang pasrah di lantai kios ini. Kedua pahanya dibiarkan meregang, sehingga memeknya benar” terlihat. Benar” pasrah untuk menerima tusukan-tusukan dari kontolku.
“ siap yah vin” kataku lembut.. sambil menuntun kontolku ke mulut vaginanya. Saat kepala kontolku menyentuh mulut vaginanya itu, dia mendesah kecil sambil menggigit bibirnya sendiri. Lalu, kontolku mulai menyeruak masuk ke rongga vaginanya itu.. terlihat dia mulai terengah-engah, mendesah mendesah sambil terus menggigit bibirnya itu. “enngh” hanya itu yang terdengar dari mulutnya.
“bless” , kini kontolku sudah berhasil mengurung diri di dalam memeknya itu. “siap vin?” tanyaku..
“anytime” jawabnya lemah sambil disertai dengan senyuman. Akupun mulai memompa diriku. Kubiarkan dalam ritme lambat terlebih dahulu. Perlahan temponya kupercepat. Kubiarkan ia menikmati setiap detik permainanku. Wajahnya benar-benar menggambarkan kenikmatan dunia. Sungguh merasa beruntung diriku bisa memperlakukannya seperti ini.
Cukup bosan dalam posisi seperti itu, akupun meminta untuk ganti posisi.. “vin.. doggy style kamu siap nggak?” dia menjawabnya dengan senyum dan anggukan kepalanya. Lalu kubangunkan tubuhnya, tangannya kubimbing untuk memegang salah satu lemari dagangan. Dan aku pun siap menyerangnya dari belakang saat ini. Kembali kucoba menancapkan kontolku ke memeknya itu. “bless..blesss” suara hujaman kontolku pada memeknya yang kali ini langsung dalam tempo yang cepat. “ah…ah…ah…” begitulah suara yang keluar dari mulutnya, tempo “ah” nya pun seirama dengan tempo hujaman kontolku. Tanganku pun tidak bisa diam menggerayangi payudaranya. Kupilin pilin putingnya itu. Dan lidahkupun bermain di sekitaran telinganya. Biarlah kuberikan extra service untuk viny tersayang ini.
Sekitar 5 menit kemudian.. “ahh.. ahh… kaak.. aku pegel kayak gini.. ganti gaya lagi dong, WOT aja sekarang.” Requestnya. Akupun menuruti permintaannya itu. Kubaringkan tubuhku di lantai toko. Dan kubiarkan ia mendudukiku sekarang. Dia membimbing kontolku ke dalam memeknya. Dan seketika kontolku itu masuk ditelan memeknya. Dan ia mulai main kuda-kudaan pada tubuhku. Akupun menggerakkan pantatku naik turun, mengikuti permainan tubuhnya. Payudaranya yang kurang besar itu bergoyang goyang. Mulutnya sepenuhnya menganga sambil mengeluarkan suara desahan “ahhh.. ahhh”, matanya terpejam saking ia menikmati permainan itu.
Ku bergumam “Vin.. sungguh luar biasa dirimu. Tak bisa kutebak sifatnya.. kukira kau orang yang polos. Ternyata seperti ini. Tapi aku nggak kecewa kepadamu sama sekali.. “
Tanpa sadar. Aku telah sampai pada saatnya. Tidak tahan akan bendungan kenikmatan ini. Dan… entah berapa kali semburan sperma dari kontolku ini.. iapun awalnya kaget menerima semburan ini. Kulihat wajahnya mendongak ke atas.. matanya terpejam, mulutnya pun tertutup rapat..
Ia melepas kontolku dari memeknya. Dan terlihat spermaku meleleh keluar dari memeknya itu.. “aah kamu maah… main sembur ajaa.” Protesnya…
“aduuuh maaf vin.. habisnya kamu luar biasa banget siih.. aku juga nggak sadar, tiba-tiba aja nyembur..” jawabku merasa bersalah.
“hmmm gak apa-apa kok. Jangan merasa bersalah gitu dong sayang. “ jawabnya sambil tersenyum..
“huft, kamu bikin aku panik aja nih. Jadi… udah puas?” tanyaku balik
“puas mah belom, tapi udah dulu kali yah.. jadii.. aku mau Tanya suatu hal dulu ke kamu nih..” jawabnya..
“mau tanya apa vin?” jawabku berbalik Tanya..
“kamu mau tanggung jawab untuk anak ini?” tanyanya..
“waduh.. gimana ya? astaga bingung, pengen sih. Tapi yaa aku belom siap juga” jawabku penuh kebingungan..
“hahahah ih serius banget jawabnya.. aku Cuma bercanda tauu… yaudah siih tinggal telen pil biru juga selesai kan masalahnya.. “ jawabnya lucu sambil menjulurkan lidahnya.
“yeeh dasar usil” jawabku jengkel, sambil mencubit puting susunya itu..
“hahaha biarin dong.. udah ah aku mau mandi dulu di wc. kamu mau ikut?” tanyanya.
“hmm boleh.. “ jawabku singkat.
Akupun langsung ditarik olehnya, digiring ke WC toko itu. Dan memang di WC itu kami tidak langsung mandi. Tapi ada satu ronde dulu, terserah mau ronde seperti apa itu tergantung imajinasi kalian para pembaca cerita ini. Yah, di ronde itu, dia pun beberapa kali mendapatkan klimaksnya.
Setelah mandi, ia kembali membuka kios ini. Dan kami kembali mengobrol di dekat meja kasir, mengobrol sepanjang hari. Tidak ada bahasan mengenai kegiatan pagi ini sama sekali. Seolah olah kegiatan tadi pagi itu hanyalah mitos belaka.  Tentu saja agar tidak ketauan oleh pengunjung yang lain. Karena memang, hubungan ini tak ada seorangpun yang tau selain kami berdua dan kalian para pembaca.