Sabtu, 26 Oktober 2013

Nikmatnya Bercinta Dengan Lia dan Teman - Temannya Part 1

Cerita ini bermula ketika aku berumur 32 tahun, aku waktu itu sudah bekerja sebagai kepala bagian di sebuah perusahaan BUMN, penghasilanku lebih dari cukup. Apapun bisa kupenuhi, hanya satu yang belum dapat kuraih, yaitu kebahagiaan keluarga, atau dengan kata lain punya istri dan punya anak. Aku hidup sebagai bujangan, kadang untuk memenuhi hasrat biologisku, aku mencarter wanita malam yang kesepian.

Ketika itu aku masih kost di kota A, kota yang indah dan tidak terlalu ramai, sebab di kota A itulah aku bekerja. Aku kost di rumah seorang ibu muda dengan satu anak gadisnya. Sebut saja ibu muda itu adalah Tante Linda, dan anak gadisnya yang masih 12 tahun usianya dan duduk di bangku SMP kelas 1, namanya Lia. Suami Tante Linda, sebut saja Oom Joko bekerja di ibukota, di suatu instansi pemerintah, dan mempunyai jabatan strategis. Setiap 2 minggu sekali, Oom Joko pulang ke kota A, aku sendiri cukup akrab dengan Oom Joko, umurku dengannya tidak terlalu terpaut jauh. Oom Joko aku taksir baru berumur sekitar 35 tahun, sedangkan Tante Linda justru lebih tua sedikit, 37 tahun. Aku menyebut mereka Oom dan Tante, sebab walaupun beda umur antara aku dan mereka sedikit, tetapi mereka sudah berkeluaga dan sudah punya seorang anak gadis.

Tante Linda merupakan seorang sekretaris di sebuah perusahaan otomotif di kota B yang jaraknya tidak begitu jauh dari kota A. Tante Linda berangkat pagi dan pulang malam, begitu seterusnya setiap harinya, sehingga aku kurang begitu dekat dengan Tante Linda. Justru kepada anak gadisnya yang masih SMP yang bernama Lia, aku merasa dekat. Sebab pada hari-hari kosongku, Lia lah yang menemaniku.

Selama tinggal serumah dengan Tante Linda dan anak gadisnya, yaitu Lia, aku tidak pernah berpikiran buruk, misalnya ingin menyetubuhi Tante Linda atau yang lainnya. Aku menganggapnya sudah seperti kakak sendiri. Dan kepada Lia, aku juga sudah menganggapnya sebagai keponakanku sendiri pula. Sampai akhirnya ketika suatu hari, hujan gerimis rintik-rintik, pekerjaan kantor telah selesai aku kerjakan, dan saat itu hari masih agak siang. Aku malas sekali ingin pulang, lalu aku berpikir berbuat apa di hari seperti ini sendirian. Akhirnya aku putuskan meminjam kaset VCD Blue Film yang berjudul Tarzan X ke rekan kerjaku. Kebetulan dia selalu membawanya, aku pinjam ke dia, lalu aku cepat-cepat pulang. Keadaan rumah masih sangat sepi, sebab Lia masih sekolah, dan Tante Linda bekerja. Karena aku kost sudah cukup lama, maka aku dipercaya oleh Oom Joko dan Tante Linda untuk membuat kunci duplikat. Jika sewaktu-waktu ada perlu di rumah, jadi tidak harus repot menunggu Lia pulang ataupun Tante Linda pulang.

Aku sebetulnya ingin menyaksikan film tersebut di kamar, entah karena masih sepi, maka aku menyaksikannya di ruang keluarga yang kebetulan tempatnya di lantai atas. Ah.. lama juga aku tidak menyaksikan film seperti ini, dan memang lama juga aku tidak ML (making love) dengan wanita malam yang biasa kupakai akibat stres karena kerjaan yang tidak ada habis-habisnya.

Aku mulai memutar film tersebut, dengan ukuran TV Sony Kirara Baso, seakan aku menyaksikan film bioskop, adegan demi adegan syur membuatku mulai bernafsu dan membuat batang kemaluanku berontak dari dalam celanaku. Aku kasihan pada adik kecilku itu, maka kulepaskan saja celanaku, kulepaskan juga bajuku, sehingga aku hanya menggunakan kaos singlet ketat saja. Celana panjang dan celana dalamku sudah kulepaskan, maka mulai berdiri dengan kencang dan kokohnya batang kemaluanku yang hitam, panjang, besar dan berdenyut-denyut. Aku menikmatinya sesaat, sampai akhirnya kupegangi sendiri batang kemaluanku itu dengan tangan kananku. Mataku tetap konsentrasi kepada layar TV, melihat adegan-adegan yang sudah sedemikian panasnya. Tarzan yang bodoh itu sedang diajari oleh wanitanya untuk memasukkan batang kemaluannya itu ke lubang kemaluan si wanita.

Batang kemaluan yang dari tadi kupegangi, kini telah kukocok-kocok, lambat dan cepat silih berganti gerakanku dalam mengocok. Setelah sekian lama, aku merasa sudah tidak kuat lagi menahan cairan mani yang ingin keluar.

Lalu, “Ahh… crrrottt.. cccroottt…,” aku sudah menyiapkan handuk kecil untuk menampung cairan mani yang keluar dari lubang kencing kemaluanku. Sehingga cairan itu tidak muncrat kemana-mana.

Ternyata tanpa sepengetahuanku, ada sepasang mata melihat ke arahku dengan tidak berkedip, sepasang mata itu rupanya melihat semua yang kulakukan tadi. Aku baru saja membersihkan batang kemaluanku dengan handuk, lalu sepasang mata itu keluar dari persembunyiannya, sambil berkata kecil.

“Oom Agus, lagi ngapain sih, kok main-main titit begitu, emang kenapa sih?” kata suara kecil mungil yang biasa kudengar.

Bagaikan disambar geledek di siang hari, aku kaget, ternyata Lia sudah ada di belakangku. Aku gugup akan bilang apa, kupikir anak ini pasti sudah melihat apa yang kulakukan dari tadi.

“Eh, Llliiiiaaa.. baru pulang?” sahutku sekenanya.
“Iya nih Oom, ngga ada pelajaran.” tukas Lia, lalu Lia melanjutkan perkataannya, “Oom Agus, Lia tadi kan nanya, Oom lagi ngapain sih, kok mainin titit gitu?”
“Oohh ini..,” aku sudah sedikit bisa mengontrol diri, “Ini.. Oom habis melakukan olahraga , Lia.”
“Ooohh.. habis olahraga yaaa..?” Lia sedikit heran.
“Iya kok.. olahraga Oom, ya begini, sama juga dengan olahraga papanya Lia.” jawabku ingin meyakinkan Lia.
“Kalo olahraga Lia di sekolah pasti sama pak guru Lia disuruh lari.” Lia menimpali.
“Itu karena Lia kan masih sekolah, jadi olahraganya harus sesuai dengan petunjuk pak guru.” jawabku lagi.
“Oom, Lia pernah lihat papa juga mainin titit persis seperti yang Oom Agus lakukan tadi, cuma bedanya papa mainin tititnya sama mama.” Lia dengan polosnya mengatakan hal itu.
“Eh, Lia pernah lihat papa dan mama olahraga begituan?” aku balik bertanya karena penasaran.
“Sering lihat Oom, kalo papa pulang, kalo malem pasti melakukannya sama mama.” ujar Lia masih dengan polosnya menerangkan apa yang sering dilihatnya.
“Seperti ini yaa..?” sambil aku menunjuk ke cover gambar film Tarzan X, gambar Tarzan dengan memasukkan batang kemaluannya ke lubang kelamin wanitanya.
“Iya Oom, seperti apa yang di film itu lho!” jawab Lia, “Eh.. Oom, bagus lho filmnya, boleh ngga nih Lia nonton, mumpung ngga ada mama?”
“Boleh kok, cuma dengan syarat, Lia tidak boleh mengatakan hal ini sama papa dan mama, oke?” aku memberi syarat dengan perasaan kuatir jika sampai Lia cerita pada mama dan papanya.
“Ntar Oom beliin coklat yang banyak deh.” janjiku.
“Beres Oom, Lia ngga bakalan cerita ke mama dan papa.” dengan santai Lia menjawab perkataanku, rupanya Lia langsung duduk di sofa menghadap ke TV.
Kuputar ulang lagi film Tarzan X tersebut, dan Lia menontonnya dengan sepenuh hati, adegan demi adegan dilihatnya dengan penuh perhatian. Aku sendiri termenung menyaksikan bahwa di depanku ada seorang gadis kecil yang periang dan pintar sedang menonton blue film dengan tenangnya. Sedangkan aku sendiri masih belum memakai celanaku, ikut melihat lagi adegan-adegan film Tarzan X itu, membuat batang kemaluanku tegang dan berdiri kembali, kubiarkan saja. Lama kelamaan, aku tidak melihat ke arah film Tarzan X itu, pandanganku beralih ke sosok hidup yang sedang menontonnya, yaitu Lia.

Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah kenapa, aku ingin sekali bersetubuh dengan Lia, aku ingin menikmati rasanya lubang kelamin Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat sempit. Ahhh.. nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu. Aku mencoba mencari akal, bagaimana caranya agar keperawanan Lia bisa kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu saja waktu tepatnya dengan sabar. Tidak terasa, selesailah film tersebut. Suara Lia akhirnya memecahkan keheningan.
“Oom, tuh tititnya berdiri lagi.” kata Lia sambil menunjuk ke arah batang kemaluanku yang memang sedang tegang.

“Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana dengan filmnya?” jawabku santai.
“Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa dan mama lakukan, dan Lia ada beberapa pertanyaan buat Oom nih.” Lia sepertinya ingin menanyakan sesuatu.
“Pertanyaannya apa?” tanyaku.

“Kenapa sih, kalo olahraga gituan harus masukin titit ke… apa tuh, Lia ngga ngerti?” tanya Lia.

“Oh itu.., itu namanya titit dimasukkan ke lubang kencing atau disebut juga lubang memek, pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan?” jawabku menerangkan.
“Iya benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama.” Lia membenarkan jawabanku.

“Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan sendiri, bisa juga dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa.” kataku memberi penjelasan ke Lia.
“Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga seperti itu?” tanya Lia lagi.
Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang sendiri.
“Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa.” jelasku.
Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan.

“Lia harus tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga akan merasakan enak.” tambahku.

“Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga sih, Lia lihat sendiri mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa keenakan, sampai menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis.” Lia yang polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana rasanya.

“Emang gitu kok. Ee…, mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja gimana?” aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona kemaluannya Lia, pastilah luar biasa.
“Ayolah!” Lia mengiyakan.

Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia sangatlah besar. Ini adalah hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku. Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaos singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah telanjang bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras dan tegang. Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi batang kemaluanku yang berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan melihat papa dan mamanya telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang bulat merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi Lia.

Kusuruh Lia untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Lia protes, tetapi setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan kenapa ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu seharusnya. Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat Lia melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip. Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah yang dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal mengenakan kaos dalam dan celana dalam saja.
Di balik kaos dalamnya yang cukup tebal itu, aku sudah melihat dua benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting susunya Lia yang baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka kaos dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang masih kuncup, membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku. Puting susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan kurasakan dari wanita malam langgananku, rata-rata puting susu mereka sudah merekah dan matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah.

Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar dan mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Lia coklat kemerahan, aku melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya. Lalu Lia melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Lia masih berupa garis lurus, seperti kebanyakan milik anak-anak gadis yang sering kulihat mandi di sungai. Vagina yang belum ditumbuhi bulu rambut satu pun, masih gundul. Aku sungguh-sungguh melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku dibuatnya.

“Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom.”
Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Lia berbicara.
“Oke, sekarang dimulai yaaa…?”

Kuberi tanda ke Lia supaya tiduran di sofa. Pertama sekali aku meminta ijin ke Lia untuk menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat ingin atau karena Lia memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku kurang tahu. Yang penting bagiku, aku merasakan liang perawannya dan menyetubuhinya siang ini.

Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa, menikmati sekali apa yang kulakukan kepadanya.

Setelah puas aku menciuminya, “Lia, boleh ngga Oom netek ke Lia?” tanyaku meminta.
“Tapi Oom, tetek Lia kan belon sebesar seperti punya mama.” kata Lia sedikit protes.
“Ngga apa-apa kok Lia, tetek segini malahan lebih enak.” kilahku meyakinkan Lia.
“Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja.” jawab Lia akhirnya memperbolehkan.

“Dijamin deh ngga sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara.” jawabku lagi.

Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik, sedangkan puting susu yang satunya lagi kupelintir-pelintir.

“Oom, kok enak banget nihhh… oohhh… enakkk…” desah Lia keenakan.
Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali. Setelah sekian lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang kemaluanku.

“Lia, kocok dong tititnya Oom Agus.” aku meminta Lia untuk mengocok batang kemaluanku.

Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak beraturan. Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku justru merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk menghentikannya. Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang merekah. Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan yang terutama, lubang kemaluan Lia yang masih sangat sempitnya. Jika kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya.

Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek kulihat mata Lia menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.

“Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinnn…” pinta Lia.
Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan Lia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya selama hidup.
“Oommm… ssshhh… Lia mau pipis nich..”

Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.
“Tahan dikit Lia… tahan yaaa…” sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya.

“Udah ngga tahan nich Oommm… aahhh…”
Tubuh Lia mengejang, tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya.
Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.

“Oohhh… Oom Agus… Lia merasa lemes dan enak sekali… apa sih yang barusan Lia alami, Oom…?” tanya Lia antara sadar dan tidak.

“Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga?” tanyaku.
“Iya.. iya.. pingin Oom…” jawabnya langsung.

Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya. Karena sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar.
Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit.

“Lia… tadi Lia sudah mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..?” bujukku.

“Iya Oom, mau dong…” Lia mengiyakan sambil manggut-manggut.
“Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus, ini finalnya Lia” kataku lagi menjelaskan.

“Final?” Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku.
“Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang tadi.” akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.

“Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan sempit begini sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu…” Lia sambil menunjuk lubang nikmatnya.

“Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..?” pintaku lagi.
“Iya deh Oom…” Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya.
Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada yang menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku bisa masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku menyuruhnya menahan. Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat.
“Blusss…”

Lia menjerit cukup keras, “Ooommm… tititnya sudaaahhh masuk… kkaahhh?”
“Udah sayang… tahan ya…” kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia.

Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian mundur lagi perlahan tetapi pasti. Beberapa waktu, Lia pun sepertinya sudah merasakan enak. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang perawannya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat. Ahhh.. inikah kemaluan perawan gadis imut. Enak sekali ternyata. Hisapannya memang tiada duanya. Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya.

Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala batang kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari dalam lubang surga Lia. Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh enak sekali rasanya di batang kemaluanku. Naik turun di dalam lubang surga Lia.

Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat. Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh batang kemaluanku. Aku menegang hebat.

“Crruttt… crruttt…”
Cairan maniku keluar banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia, sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat. Aku cabut batang kemaluanku yang masih tegang dari lubang kemaluan Lia. Lia kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya. Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.

Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya, untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku melakukan olah raga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom Joko dan Tante Linda.

Kira-kira sudah berjalan setengah tahun lamanya, Lia sudah sangat pintar untuk ukuran gadis seusianya dalam melakukan olahraga senggama. Aku pun sangat memanjakannya, uang yang biasa kuhamburkan untuk membayar wanita malam, kuberikan ke Lia. Untuk menghindari kecurigaan orang tuanya, uang itu kubelikan hal-hal yang Lia suka, seperti makanan, mainan dan masih banyak lagi.

Sekarang Lia sudah kelas 2 SMP, naik kelas dengan nilai yang bagus, apa yang kulakukan dengan Lia tidak mempengaruhi belajarnya. Inilah yang membuat aku semakin sayang, dan sampai suatu saat, Tante Linda diharuskan pergi beberapa hari lamanya ke ibu kota untuk menemani Oom Joko menghadiri resepsi-resepsi pernikahan dari rekan-rekan kerja Oom Joko yang kebetulan berurutan tanggalnya. Aku ditinggal berdua di rumah dengan Lia, memang sudah terlalu biasa, sedikit bedanya adalah sekarang sudah super bebas, tidak mengkhawatirkan kalau-kalau Tante Linda pulang dari kerja.

Kamis, 10 Oktober 2013

Sara murid lesku yang pertama

Setelah aku pindah kontrakan, aku banyak murung. Aku selalu teringat Titin. Untuk menghilangkan pikiran itu, aku konsentrasikan pada pelajaran. Akhirnya aku lulus dengan nilai memuaskan. Sangat memuaskan.

Sekarang aku harus bisa sekolah ke STM. Aku ingin bisa bekerja untuk meringankan beban orang tuaku. Oh ya, Warungku selain menjual rokok, barang-barang pokok seperti sabun, beras, dll juga sekarang sudah menjadi warung makan. Ini berkat kepandaian bapakku mengelola keuangan. Kalau dulu uangnya hanya disimpan oleh ibu. Terkadang bapakku juga menerima pesanan pembuatan lemari dari kayu atau memperbaiki mesin mobil yg rusak.

Akhirnya aku bisa diterima di STM Negeri di daerah Santa, Kebayoran. Dikarenakan saat test masuk, aku termasuk 10 besar, maka otomatis aku mendapat bea siswa selama 1 tahun. Ini bisa dipertahankan asal aku selama sekolah bisa mendapat rangking di kelas. Minimal rangking 3. Titin, lihatlah prestasiku, seharusnya aku berbagi kebahagiaan ini denganmu.

Akhirnya aku sekolah di STM itu tanpa bayar malah dibayar sebagai uang saku. Bapak ibuku sangat bangga dengan hal itu. Bapak Ibu sering cerita kepada orang-orang yg datang minum kopi. Aku sudah bisa melupakan Titin. Mungkin karena temanku laki-laki semua.

Pada akhirnya, saat aku kelas 2, saat umurku 17 tahun, aku mendapat tawaran dari tetanggaku Om Candra untuk mengajari Matematika anaknya yg kelas 2 SMP. Karena ibuku cerita bahwa nilai Matematikaku di ijasah SMP adalah 9. Dia cerita kalau anaknya lemah di Matematika dan IPA. Sedangkan nilai untuk pelajaran IPS adalah lumayan.

Aku belum menyanggupinya, karena aku belum pernah mengajar kecuali pada Titin. Hingga suatu saat dia membawakan raport anaknya. Aku kaget sekali ternyata nilai raport untuk Matematikanya tak pernah lebih dari 5. Sedangkan Fisika-nya paling tinggi adalah 6, yg lain 7 dan 6. Tak ada yg 8. 
" Ini pasti naik kelasnya dikatrol," batinku. Aku kasihan sekali akhirnya kusanggupi. Kulihat photonya, namanya, umurnya dll. Saraswati 13 tahun. 
"Hmm.. cantik juga," batinku.

Setelah perjanjian mengenai target, berapa dia membayarku serta jadwalnya, akhirnya les privat tersebut akan dimulai bulan depan. Satu minggu 3 kali masing-masing selama 2 jam. Dimulai jam 4 sampai jam 6 sore. Selasa, kamis dan sabtu setiap pulang sekolah. Matematika, Fisika dan Kimia. Ibu sangat bangga karena yg diajari adalah anak orang kaya yg terpandang di daerahku.

Aku harus membaca kurikulum Matematika dan Fisika untuk SMP. Kubeli bukunya di tukang loak di daerah cipete lalu kubuat daftar pengajaran serta daftar kemajuan. Akhirnya saat itupun tiba. Dengan naik sepeda kebanggaanku (kubeli sepeda bekas murah dan memperbaikinya), sampailah aku di rumah Om Candra. Dengan sedikit grogi, kuketok rumah nya. Akhirnya pembantunya yg keluar. " Mas Pri yaa. Ayo masuk Mas," kata Siti nama pembantunya. 

Wah, rumahnya besar banget. Aku celingak celinguk mengagumi rumah itu. Lalu aku diantarkan ke ruang belajar di lantai atas. Sementara itu di atas meja sudah terhidang segelas kopi susu dan pisang goreng.

Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya seorang gadis keluar dari kamarnya. Aku melongo melihatnya. Ini bidadari atau apa..? Cantiknya melebihi yg ada diphoto raportnya. Titinku yg cantik kalah jauh bila dibandingkan dia. Dia memakai baju terusan warna krem. Matanya bulat, hidungnya mancung, bibirnya tipis, alisnya cukup tebal, giginya putih berbaris rapi, rambutnya sebahu, kulitnya putih, tinggi semampai, dadanya sudah menonjol cukup besar. Maklumlah sekolahku yg STM semuanya laki-laki dan lingkungan rumahku adalah lingkungan kampung, makajarang sekali kulihat wanita cantik. Ada yg mulai mengeras. "Seandainya.. Aahhh..Ini adalah muridku dan dia bukan levelku," batinku memperingatkanku.

" Lho, kok bengong Mas."
"Oh..eehhh.. Mas lupa kalau yg diajarin itu perempuan. Seingat Mas laki-laki," kataku mengelak.
" Namanya siapa Mas.. aku Saraswati, biasa dipanggil Sara." 
" Aku Prihatin, biasa dipanggil Pri atau Atin. Panggil aja Mas Pri," sahutku. "Saraswati dipanggilnya Sara..?" batinku.
" Oke bisa kita mulai..? Mau Matematika dulu, Fisika atau Kimia? " sambungku lagi.
" Mmmhh.. matematika aja dulu deh Mas.." sahutnya.

Lalu aku mulai mengajarkannya. Ternyata Sara bukanlah bodoh tapi karena dasarnya kurang, maka kukonsentrasikan dia dulu kepada dasar Matematika kelas 1 SMP. Baru setelah itu Fisika dan Kimianya.

Setelah beberapa kali pertemuan, akhirnya dia bisa mendalami dan memahami dasar-dasar Matematika yg merupakan dasar Fisika dan Kimianya. Ini terbukti kadang-kadang sengaja aku berbuat salah dan dia mengkoreksinya. Selebihnya tugasku jadi ringan, karena tinggal menerangkan sebentar, dia langsung mengerti. Dan aku tinggal mengoreksi saja. 
Bahkan dia kubekali dua tingkat lebih tinggi dari kurikulum sekolahnya. Aku bangga ternyata muridku bukanlah anak yg bodoh.

Aku jadi tahu segala sesuatu tentang keluarganya. Dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Semuanya perempuan. Kakaknya Cornelia, 16 tahun, panggilannya Lia sekolah di SMA kelas 2 di Jogyakarta. Adiknya Katrina, panggilannya Ketty baru kelas 6 SD. Dia sendiri bernama Saraswati. Ayahnya adalah seorang Cina keturunan. Bekerja di Mandala Airways sebagai kepala pemasaran. Ibunya adalah orang Pakistan yg bekerja di kedutaan. "Pantas aja anaknya cantik-cantik semua." batinku. " Udah cantik, kaya lagi." Mobilnya saja saat itu ada 3 buah Ibunya, bapaknya, dan satu lagi untuk antar jemput sekolah anak-anaknya. Pembantunya ada 3, tukang kebunnya 1, sopirnya 3. Bapaknya berangkat jam 7 pagi dan pulangnya rata-rata jam 8 malam.Ibunya dua minggu sekali pergi ke Pakistan. Seringnya 3 hari kadang-kadang pernah sampai 8 hari. Pergaulannya sangat dibatasi oleh bapaknya. Jadi kalau pulang sekolah harus pulang, tidak boleh ke mana-mana. Kalau mau pergi, malamnya harus ijin dulu ke bapaknya dan itupun harus diantar oleh sopirnya. 
Jadi dia bisa dibilang kesepian untuk anak seumurnya. Walaupun semua fasilitas dia punya.

Selama mengajar, aku tak berani kurang ajar padanya. Pertama aku takut targetku supaya raportnya tak merah tak berhasil, kedua karena aku sangat minder dengannya. Terutama dari segi kekayaan. Walaupun itu milik orang tuanya. Paling-paling, aku hanya melirik ke bukit kembarnya dan menatap wajahnya saat dia menulis, mengintip celana dalam nya saat dia memakai rok mini. Terkadang malah curi-curi mencium harum rambutnya saat menerangkan sesuatu. 
Memang kadang-kaadang kami belajar di meja belajar atau sambil duduk di karpet. Sepertinya aku jatuh cinta sama muridku ini. Tapi terus terang aku takut.

Suatu hari, kulihat dia sangat murung. Belajarnya kurang semangat. Wah, bisa kacau nih. Bisa-bisa aku nanti nggak dibayar sama bapaknya. Perjanjiannya adalah kalau terima raport nanti masih merah, maka aku tidak dibayar. 
Padahal 1 bulan lagi dia mau ulangan umum. 
" Sar, kamu kenapa? kok kayaknya ada masalah..?" tanyaku.
" Ngaak..nggak pa-pa kok." sahutnya tidak bersemangat.

Setelah diplomasi sambil belajar, akhirnya setelah selesai belajar dia mau juga ngomong. Ternyata dia itu naksir Joko, anak kelas 3 yg jadi bintang basket di sekolahnya. Sedangkan Joko lebih memilih Susi yg satu kelas dengan Joko. Oh, masalah cinta monyet toh. Aku senyum seorang diri.

"Lhoo..Mas kok senyum-senyum sendiri kayak orang gila. Bukannya bantuin gimana gitu." gerutunya.
" Wah kalau soal cinta, Mas nggak bisa ngapa-ngapain. Mas khan cuman jadi guru Matematika sama IPA. Kalau ditambahin jadi guru cinta, Mas mau bantuin," sahutku bercanda.
" Oke deh, sekarang kalo Mas aku angkat jadi guru cinta, Mas berbuat apa kalau jadi aku?" tanyanya.
" Yaa.. nggak tahu. Mas khan laki-laki," bantahku. 
" Oke deh, kalau lelaki itu ngeliat perempuan dari apanya."
" Walaupun Mas belum pengalaman sama perempuan, Mas juga sekolahnya di STM, tapi karena Mas menang umur dari kamu, Mas coba jelasin semampu Mas ya."

Lalu kujelaskan semampuku tentang pandangan lelaki terhadap perempuan. Kalau lelaki itu melihat perempuan dari penampilannya, bentuk tubuhnya, kepribadiannya, dll juga karena sering ketemu. Dia memperhatikanku dengan seksama. Kami jadi lebih sering beradu pandang, berdebat. Aku jadi makin tertarik dengan muridku ini.

Aduh gimana sih nih.. Kok jadinya begini. 
" Menurut mas, Sara ini cantik nggak?" tanyanya.
" Sara itu gadis yg tercantik yg Mas pernah liat," sahutku jujur sambil menatap wajahnya.
" Bayangin sudah tercantik ditambahin paling..." tambahku lagi. Wajahnya langsung bersemu merah dan tersenyum. Bukan main cantiknya kalau lagi begitu. 

" Bener.. Mas.. kalau body-ku?" tanyanya lagi sambil berdiri, muter-muter di depanku. Dadanya disorongkan ke depan. Oh ya, saat itu dia memakai celana pendek agak gombrong, kaos Mickey Mouse sehingga BH-nya membayang sedikit. 
" Body kamu juga bagus banget. Tinggi, sory ya.. dada kamu juga bagus, pantatmu bulet, kakimu jenjang," kataku lagi sambil melihat seluruh tubuhnya.

Saat aku bilang dadamu bagus, dia langsung memegang dadanya. 
" Mas nggak bohong khaannn..?" katanya sambil memegang lenganku ditempelkan ke dadanya. Lunak dan hangat. Mau nggak mau penisku jadi tegang saat itu.
" Jujur demi Tuhan," kataku meyakinkan.

Karena aku sudah tidak kuat lagi, aku minta ijin pulang padanya.
" Yaa.. Mas kok pulang siicchh."
" Iyaa.. Mas ada perlu. Besok kalau nggak ada keperluan, Mas mau nemenin Sara deh.." sahutku. Aku bangun agak tertunduk, maklum terpedoku ketekuk.

" Knapa Mass," tanya Sara.
"Aku kesemutan nih," elakku. Dibantunya aku berdiri, entah kenapa lenganku menyentuh susunya lagi dan dia pun tidak merasa risih. Terasa lunak dan hangat. Makin sakit rasa terpedoku. 

" Udah ya..sampe besok Sabtu." kataku.

Hari Sabtunya aku datang lagi. Kok rumahnya sepi. Pada kemana..? Biasanya kalau Sabtu bapak dan ibunya sudah pulang. Dan mereka pergi jalan-jalan malam harinya. 

" Pada kemana Sar, kok sepi," tanyaku ke Sara saat ketemu.
" Papa tugas ke Palembang 3 hari, Mama ke Pakistan, katanya sih sekitar 4 harian. Si Ketty sama Imah izin ke Garut. Tinggal Mang Ujang (sopirnya), Pak Parno (tukang kebun) sama Bi Inah," katanya. 

Ternyata sopir bapak dan ibunya adalah sopir kantor. 
" Mas.. boleh nggak hari ini Sara izin nggak belajar?" tanyanya.

" Lho.. kok nggak bilang kemaren. Mas udah dateng baru bilang. Emangnya kamu kenapa? Sakit..?"kataku.
" Nggak.. tadi aku pijam video bagus sama Reza (temannya), dia bilang nontonnya nggak boleh sendirian harus berdua. Tadinya mau nonton sama Ketty, eehh.. si Ketty pake ikut papa segala.. Ya aku tunggu Mas dateng aja."

" Kamu ada PR nggak?" tanyaku. 
" Barusan udah aku kerjain kok. Coba aja Mas cek.." katanya sambil menyodorkan buku Matematika-nya. Aku cek ternyata betul semua. 

" Ya udah kalau begitu. Film apa sih, kok nontonnya harus berdua?" tanyaku sambil melihat ke judul filmnya American Angel terbaca disampulnya. Tak ada gambar. 
" Terima kasih ya Mas. Yuuk.. ke kamar Sara. Videonya ada di sana." katanya sambil menggandeng tanganku ke kamarnya.

Kamar Sara ternyata besar sekali. Ada rak yg penuh dengan boneka, ada TV besar, ada stereo set lengkap, ada AC-nya, ada kamar mandinya, meja belajarnya bagus, tempat tidurnya luas (ukuran kingsize) dan ada pintunya ke balkon. Eh.. ada teleponnya lagi. Bukan main. Rumahku sama kamarnya masih luas kamarnya. Aku keliling terkagum-kagum.
" Kalau si Ketty tidurnya dimana?" tanyaku. 
" Lho.. Ketty khan kamarnya di sebelah.. Mas belum tahu ya." katanya sambil memasukkan video ke playernya.

Aku makin kagum aja, kamar segini luas dipake sendiri. Bermimpi pun aku tidak pernah punya kamar seperti ini. Apalagi membayangkan. Takut tidak kesampaian. Aku duduk di karpet bersandarkan tempat tidur melihat ke TV. Mana gambarnya ? 

" Oh yaa.. Mas mau minum apa? Bi Inah lagi tidur katanya dia lagi masuk angin." tanyanya sambil keluar kamar. 
" Air putih aja deh," jawabku takut ngerepotin dia.

Oh ya, aku lupa. Saat itu Sara tumben memakai daster agak tipis. Biasanya dia memakai celana pendek sama kaos. Dasternya itu lho yg nggak nahan. BH sama celana dalamnya terbayang. Dia masuk sambil membawa sebotol air dan gelas, lalu ditaruh di meja belajarnya. 
" Kalau haus ambil sendiri ya Mass, aku taruh di sini," katanya lalu mem-play-kan videonya. 
" Pantesan dari tadi nggak ada gambarnya." gumanku dalam hati. Dia duduk di sebelahku. Tercium harum badannya. Bau sabun mandi. Oh, ternyata dia habis mandi. Pantes kelihatan segar.

" Mas, tadi khan guru sejarahku nggak masuk, lalu aku ke kantin sama temen-temen. Mereka cerita tentang pacar mereka, pengalaman mereka pacaran. Aku malu lho.. Mas, masak cuman aku aja yg nggak punya pacar."
" Lho.. emang kamu belum punya pacar?" pancingku. 

" Ihh.. Mas ngledek. Ya belum doongg.."
" Mau nggak jadi pacar Mas," godaku. 

" Emangnya Mas juga belum punya pacar?" tanyanya.
" Siapa yg mau sama Mas, orang jelek miskin gini." kataku merendah. 

" Tapi Sara kan belum punya pengalaman pacaran, Mas.." 
" Emang Mas udahh. Mas khan juga belum pernah." sahutku.

Hening sekejap. Sementara di TV ada adegan orang ciuman. 
" Mas, apa enaknya sih ciuman seperti itu?" katanya sambil matanya menatap TV. 
" Dibilang Mas belum pernah.. ya.. mana tahu rasanya.."
" Kayaknya sih enak, liat tuh sampe merem-merem segala," sambungku.

Hening lagi, yg ada adalah adegan yg kian merangsang di TV. Si lelaki sedang bergelut sambil melucuti pakaian perempuannya, begitu pula sebaliknya. Mereka saling melucuti. Lalu mereka saling meremas. 
"Aaahh..ohhh.. sshhh.. shshshs.." begitu suara di TV. Kurasakan nafas Sara semakin cepat. Lalu menyandarkan kepalanya ke pundakku.
Kakinya yg tadi diselonjorkan, kini ditekuk. Penisku mulai menegang. Ketika si perempuan sedang mengulum penis lelaki, si Sara mendesah, 

"Ihhh.." Aku tak tahu apa maksud desahannya. Jijik atau apa.

Tiba-tiba Sara berbisik, 
" Mass.. ajarin Sara ciuman doongg.."
" Supaya Sara nggak malu kalo cerita sama temen-teman." sambungnya.
" Si Rina malah susunya pernah dicium sama pacarnya.. seperti yg divideo itu," katanya menambahkan. 

Aku seperti mendapat durian runtuh. Disaat penisku keras, nafsuku naik karena adegan TV, ada yg minta dicium, Bidadari lagi 
" Mumpung sepi nggak ada orang nihh." batinku.

Kurangkul dia, lalu kupangku menghadapku. Sara pasrah saja terhadap apa yg kulakukan. Kucium pipinya, matanya, hidungnya. Dia menikmati semua yg kuberikan. "Aaahh.. Maassss.. hmmm.."

Kuelus-elus punggungnya, kupegang pantatnya sambil kuremas. Bulat dan keras. Tangannya pun mulai memeluk pinggangku. Kukecup bibirnya. Mula-mula dia tidak membuka mulutnya. Hanya bibir kami yg bertautan. Kumainkan lidahku, akhirnya mulutnya terbuka. Lidahku dan lidahnya saling membelit. Terasa manis ludahnya. 
" Ternyata muridku pintar sekali belajar. Dia mengikuti apa yg Aku lakukan." 

Kucoba meraba susunya. Dia tersentak. Tapi ciumanku tak kulepaskan. Tangannya memegang tanganku tapi tidak ditarik hanya dipegang saja. Pertanda dia pun menikmatinya. Kuremas dari luar perlahan bukit kembarnya. 
"Aaahh.. Maasss.." desahnya.

Kuberdirikan dia, kuplorotkan dasternya. Dia kaget sekali. Langsung kucium lagi bibirnya, tangan kiriku meremas-remas pantatnya, tangan kananku meremas susunya. Lama-kelamaan dia sudah tak peduli lagi dengan tubuhnya yg setengah telanjang. Hanya dengan BH dan CD cream-nya. Kudorong dia ke tempat tidur. Tanganku sekarang berusaha memegang susunya dari balik BH-nya. Kuangkat BH kirinya, kupegang langsung ke putingnya yg menonjol. 

"Aaacchhh.. Masss..sshhh.. ssshh.." desahnya disela-sela nafasnya yg memburu. 
Sambil menatap matanya yg mulai sayu, tangan kananku mencoba melepas BH-nya. Tak ada penolakan sama sekali. Bukan main muridku ini.

Sekarang terpampanglah sepasang bukit kembar yg sangat indah. Putingnya yg coklat muda tampak menonjol di bukitnya yg putih. Kukecup putingnya, dia menggerinjal. Kucium susu kirinya sambil kuremas susu kanannya. 

"Aaacchhh.. Masss.. sshhh.. ssshh..aaduuhhh.." kedua tangannya menjambak rambutku. 

Kulirik dia, ternyata dia sedang melihat ke TV dimana sedang ada adegan orang sedang bersetubuh. Tanganku segera mengusap-usap pahanya, turun ke dengkul, naik lagi. Kuusap-usap vaginanya dari luar CD-nya. Sudah basah. Kumasukkan tangan kananku ke dalam CD-nya. Bulu rambutnya masih sedikit. Kuusap-usap bibir kemaluannya. Lalu kumasukkan jari tengahku ke liangnya. 
Becek banget ya.

Karena kurang leluasa, kubisikkan, 

"Sar, Mas sayang banget sama Sara.."
"Mas.. Saaarrraaa.. jugaaa sayaaaannngg Masss.." desahnya. 

" Mas buka yaa.." Dia menatapku tajam. 

Tapi tanganku mulai menurunkan CD-nya. Dia tidak menolak, bahkan membantuku dengan menaikkan pantatnya. Setelah CD-nya terbuka, tampaklah seonggok daging yg indah sekali bentuknya. Agak tembem. Kucium perlahan. Baunya segar sekali. 
"Maasss.. aaahh.." desahnya keras sambil pantatnya terangkat ke atas.

Penisku sakit karena tegangnya sudah maksimum dan terjepit celana. Aku berdiri melepaskan semua pakaianku. Dia hanya memandangiku sayu. Bugillah kita berdua di kasur yg luas. Kubenamkan wajahku di sela-sela pahanya yg membuka. Kujilati seluruh permukaan vaginanya. Kumasukan lidahku mencari kacang kedelenya. Begitu tersentuh. Dia menggelinjang keras.

"Aduuhh.. Masss..aahh..ennaakkk..Mass..teruss..terruuss..ooh h..gellii.. Masss.. oohhh.." 
Sambil pantatnya goyang kiri dan kanan, naik dan turun.

Tak lama kemudian, tiba-tiba dia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya. 

"Aaahh.. Maasss.." Sara berteriak keras sekali. 

Dan, "Syur.. syurrr.." mengalirlah cairan kenikmatan dari liang vaginanya ke mulut dan lidahku. 
Hidungku pun kena cipratannya. Kujilat. Ah, rasa itu kembali kurasakan. Setelah sekian lama tak kurasakan. Kuhayati rasanya. Kok yg ini lebih manis dari punya Titin yg pernah kurasakan, kujilati seluruhnya sampai bersih tak tersisa. 

Sara makin berteriak, "Masss.. uudaaah.. Mass geli.."

Lalu aku naik, kupeluk dia dengan mesra. Penisku yg masih tegang, menyenggol pahanya. Kutempelkan ke mulut vaginanya.
" Ohhh..Masss.." desahnya lirih.
" Sar, Mass masukkan boleehhh?" tanyaku sambil menatap wajahnya memohon persetujuannya.

Dia hanya mengangguk lemah. Hebat sekali muridku ini. Apa karena dia keturunan Pakistan ya sehingga nafsunya besar.

Kukangkangkan pahanya. Kupegang penisku, kuarahkan ke sana. Terasa hangat kepala penisku menyentuh bibir vaginanya. 

" Pelan-pelan yaa Masss.." pintanya.
" Tentu dong Sayaaangg.." jawabku mesra.

Kudorong sedikit, meleset. Kudorong lagi, nah mulai masuk kepalanya. Kulihat dia meringis-ringis, kutahan sebentar sampai dia tidak meringis lagi. Kutekan perlahan-lahan, dia meringis lagi. Saat kulihat sudah sepertiganya masuk, kutarik sedikit, tekan sedikit, tarik sedikit perlahan-lahan dengan penuh perasaan.

Kutekan lebih dalam. Sudah setengahnya masuk.

"Aaahh.. Masss.. saakiiitt.. Masss.. aduuuhh.. ssshh.." 
Kutahan, kudiamkan sebentar lalu kutarik lagi. Maju mundur perlahan-lahan. "Adduhh..enaakk..Mass..ahhh..shhsh sh sh.. Ayooo.. Masss.. hmmm.. yg.. dalam.. Masss..ahhh.."

Karena sudah ada lampu hijau, kutekan dengan sekuat tenagaku. "Blesss.." penisku seperti menabrak kain tipis yg langsung sobek. 

"Auuwww.. Masss..sakiiitt..periihhh.. Masss.. aduuhhh.." teriaknya. 
Aku tidak peduli karena situasi rumah yg sepi. 

"Ooohhhh.. selaput dara.. aku berhasil menembusmu," batinku. Seluruh penisku seperti dipijit dan diremas mesra.

Aku diamkan beberapa saat sampai vaginanya bisa menerima kehadiran penisku dan dia tak merasa kesakitan lagi. 

Sementara itu dia melirik lagi ke TV. Saat itu di TV sedang ada adegan doggy style. Aku merasakan kedutan-kedutan halus di penisku. 

"Udah saatnya nich.." batinku. Kucabut perlahan-lahan lalu kutekan lagi dengan sangat perlahan. 
Berulang-ulang. 

"Ohh..Mass..oohh.. aahh.. enaakkk..Mass..ohhh.. aduuhh..aahhh.." desahnya. 

Rupanya rasa sakitnya sudah hilang, berganti dengan kenikmatan. Bukan main rasanya. Sempit sekali vagina si Sara ini. Jepitannya terasa di seluruh penisku. Ketika kutarik, sepertinya vaginanya tak rela. Nyedot rasanya.

Lama-lama kupercepat sedikit demi sedikit. Setelah terasa sangat licin. Makin cepat dan makin cepat. Kulihat kepalanya bergoyang kiri ke kanan. Susunya bergoyang-goyang indah. Ah, indahnya pemandangan itu.

"Aaahhh.. cepet Mas.. cepet.. Masss.. yg dalem Mass..ayooo.. Mas.. yg dalem Maasss.."

Pantatnya kini sudah bisa mengimbangi gerakanku ke kiri dan ke kanan. Penisku seperti dipelintir rasanya. 

"Sudah masuk semua kok masih teriak-teriak yg dalem, "batinku. 
" Dalem sekali liang vaginanya yaa."

Memang aku tak merasakan kepala penisku menyentuh apa-apa. Kupercepat sampai mentok. Ah, nikmat rasanya.

Kira-kira 10 menit, dia mulai ngomong yg nggak jelas. Kupercepat lagi sekuatku sampai pinggangku agak sakit.Tiba-tiba kakinya membelit pinggangku. Pantatnya ke atas, lalu diputar-putar dengan cepat. 

"Aaacchhh..Masss..akuuu.. udaahhh.." 
Aku yg tadinya juga sudah mau sampai, digoyang seperti itu, mau nggak mau bobol juga pertahananku. 

" Maasss.. juugaaa.. aahhh.." teriakku sambil menekan penisku agar masuk lebih dalam. 

ada 5 atau 6 kali penisku menembakkan maninya di liang vagina Sara. Lalu aku terkulai lemas tak bertenaga di sebelahnya.

Kami berpelukan erat sekali. " Kamu hebat sekali Sar.." kataku. 
" Mas juga hebat.."

" Terima kasih ya, Sara.." kataku sambil mencium keningnya. 
" Sara yg terima kasih sama Mas, Mas mau ngajarin Sara. Sara jadi tau kalau bercinta itu nikmat sekali.." 
Kita berdua lalu tidur telanjang berpelukan di bawah selimut tebalnya.

Sorenya aku bangun karena aku merasa lapar dan dingin. Rupanya aku sudah tak berselimut lagi. Kupandangi Sara-ku yg masih tertidur dengan pulas. Kulihat ada lendir kemerahan dekat kakinya.

"Oh darah perawan.." pikirku. 

Kecantikannya sangat alami. Kecantikan seorang gadis belia yg baru berumur 13 tahun, tapi ingin merasakan nikmatnya bercinta. Kuselimuti dia. Sementara itu gambar TV-nya sudah berwarna biru. Pertanda videonya sudah habis.

Gimana nih.. Aku lapar. Di rumah orang lagi. Biasanya aku disuguhi pisang goreng dan kopi susu. Aku memakai bajuku, dan berjalan di sekeliling kamarnya, mematikan TV. Kuperhatikan foto-fotonya di atas meja belajarnya. Masih lebih cantik orangnya daripada fotonya. Beruntung aku menemukan biskuit di atas meja belajarnya. Lumayan buat mengganjal perut.

Tak lama Sara bangun. Menggeliat-geliat sebentar. Lalu memanggilku. 
" Udah lama bangunnya, Mas..?"
" Yaahhh..lumayanlah. Ini biskuitmu aku makan. Abis laper sihh."

" Makan aja nggak apa-apa kok Mass." katanya sambil bangkit dengan telanjang bulat.

Lalu memakai pakaiannya.Kalau aku boleh menilai, Sara pantas mendapat nilai 10. Karena aku sampai saat ini belum pernah melihat gadis yg lebih cantik dari dia. Apalagi body-nya. 

" Sara ke bawah dulu ya Mass. Sara juga lapar."

Kira-kira 1jam kemudian, Sara datang dengan membawa 2 piring nasi goreng yg baunya membuat perut keroncongan. 
Lalu kami makan berdua. " Enak betul nasi gorengnya. siapa yg masak..?"tanyaku. 
" Sara sendiri Mas."

" Lho.. Bi Inah kemana? " 
" Nggak tau tuh. Biasanya kalau sore dia suka ngobrol sama temen sebelah."
Makin sempurna saja nih si Sara. Cantik, pintar, bisa masak. 

" Mass, mandi yuukk.." ajaknya, "Badan Sara lengket semua niicchh.."

Rekan pembaca yg budiman, beberapa hari yg lalu aku dan Sara masih ada jarak yg memisahkan. Antara murid dan guru. Sekarang setelah kami berhubungan badan, dia tanpa malu-malu malah mengajakku mandi bersama. Keadaan sudah berbalik 180 derajat.

Setelah melepaskan semua baju kami, lalu berbugil ria masuk kamar mandinya. Busyet.. kamar mandinya ada perahunya (bath tube). Ada air panasnya lagi. Setelah menyetel agar air hangatnya pas, kita berdua mandi di shower. Saling menyabuni, membuat penisku mengeras lagi.

Ketika aku sedang menyabuni susunya, sengaja kuremas-remas sampai bukit kembarnya mengeras dan putingnya menonjol. 

Dia mendesah, "Aaahh.. Masss..teruusss.. Masss enaaakkk.. Massss.."

Lalu kusiram, setelah bersih kusedot kedua bukit kembarnya bergantian. Sementara tanganku menyabuni vaginanya. Dia semakin belingsatan. 

" Maasss.. ooohh.. Maasss.. aaahh.."Kusiram vaginanya, lalu aku jongkok di hadapannya. Kujilat bibir kemaluannya. 

" Ooohh..aahh.. Masss..diapain Maaass.." 
Lalu kaki kirinya naik ke bath tube, makin jelaslah isinya. Merah muda bagus sekali. Aku sampai berdebar-debar memandangnya.

Kemudian kusentuh kedele nya. "Auww..Masss." 
Lalu kucium dengan penuh perasaan. Kujilat perlahan, dia makin menggelinjang tak karuan. Karena takut jatuh, dia lalu tiduran di dalam bath tube sementara pantatnya berada di pinggir bath tube. Makin terkuak lebarlah vaginanya. Kuserbu dengan jilatan-jilatan ganas. 

"Ohh.. aahhh.. sshhhh.. aaahh.. ooohh.. Masss..aduuuhh.." suaranya meracau.

Aku ingin merasakan cairannya yg manis. Maka kupercepat jilatanku di kedele nya. Akibatnya pantatnya makin bergerak kian kemari. Tangannya menjambak-jambak rambutku. Tak lama kemudian, 

"Aaahh.. Maasss.." 

dan, mengalirlah air kenikmatannya. Rasanya gurih sekali. Manis, sedikit asin seperti tajin. Ah, segarnya. Kuhirup semuanya sampai tetes terakhir. Akhirnya dia tiduran di bath tube.

Lalu aku mandi. Menyabuni seluruh tubuhku. Ketika aku akan menyabuni penisku yg sedang tegang, dia bangkit.

" Mas, biar Sara aja yg nyuci..Masss.." Dia jongkok di depanku. Dipandangi dengan seksama penisku.
" Mass.. sebesar ini kok bisa masuk ya.." sambil menggenggamnya. Lalu disabuni batangku. 

" Ohhh.. nikmatnya..aahh.." 
Lalu tangan kirinya memegang kantong pelirku. Sambil meremas perlahan. 

" Kalau yg ini isinya apa Masss? kok isinya lari-lari sihh.." tanyanya. 
" Itu adalah pabrik sperma, Sayang." kataku.

"Ooo.."
"Sara tadi siang liat nggak di TV yg perempuan menghisap punyanya laki-laki?" tanyaku. 

" Liat Mas.. enggg.. Mas mau Sara menghisap punya Mas..?" tanyanya. 
" Ya.. kalau Sara nggak keberatan," sahutku.

"Eee.. gimana yaa.." katanya sambil mendekatkan wajahnya ke penisku. 

Diciumnya penisku perlahan, karena wangi habis disabuni, dia sepertinya menikmati sekali. Lalu digesek-gesekkan ke pipinya, matanya, lehernya sambil matanya terpejam. Lama, dia melakukan itu. Punyaku berontak semakin tegang.

"Aaahh.. Masss.. punya Mas.. hangat.." desahnya. 
"Ayooo doonnggg.. dihisaaap.." pintaku.

Dengan takut-takut kepala penisku dicium. Lalu batangnya balik lagi ke kepalanya. Lidahnya dengan ragu-ragu dikeluarkan. Mulai menjilat kepala penisku. Lidahnya yg agak kasar itu menggaruknya. 

"Aaahh..yaa..begitu..yaa.. yaaa.. aduuhh..enaknya..aahh.." Aku mendesah nikmat.

Lalu lidahnya mulai menelusuri batangnya hingga kantong pelirku. 
Kantong pelirku dihisapnya. 

"Aduuuhh.. enaknya.. aaahh.." desahku makin keras.

Lalu dengan menatapku, mulutnya terbuka sedikit dan mengemut kepala penisku. Hangat terasa penisku. Maju mundur maju mundur sambil tetap menatapku. Dan dia mulai menghisap. Bukan main, muridku ini cepat belajar. Jauh lebih pandai dari Titinku dulu. Kalau Titin dulu, hisapan pertama, penisku kena giginya. Tapi Sara..? Aku yakin sekali kalau dia baru pertama melakukannya. Kok bisa..?

Hisapannya makin lama makin cepat dan kuat. Kupegang kepalanya agar dia lebih dalam menghisap. Dan kulihat separuh penisku masuk. Bukan main, Titin dulu hanya sanggup menelan kepalanya saja.Penisku sepertinya sudah tak sanggup menahan sensasi luar biasa yg diterimanya. Karena selain dihisap, Sara juga memainkan lidahnya di kepala penisku. Rasanya berkedut-kedut. Makin lama makin cepat, makin cepat makin cepat dan.. 

"Aaahh.." aku menjerit keras. spermaku muncrat ke mulutnya. " Aahh..aduuhh.. aku terduduk lemas. Penisku pun melemas.

Kulihat sebagian spermaku mengalir keluar dari sela-sela bibirnya. Dia sepertinya sedang bingung merasakan rasa dari air maniku. 

" Masss.. Airnya tertelan nggak pa-pa?" 
" Nggak apa-apa Sar.. Ditelan malah enak kok.."

" Enaakk apa nggak?" tanyaku.
" Enak Mas..seperti air santan kental agak asin."

" Itu proteinnya sama dengan 10 telor ayam kampung lho.."

Setelah agak mendingan kami mandi bersama lagi karena tadi keringetan. Sewaktu aku mengeringkan badannya dengan handuk, Sara memandangku agak lama. Susunya menegang keras, putingnya mulai menonjol lagi. Nafasnya sedikit memburu. Nah lho, mau apa lagi dia. Dia menarik tanganku keluar dari kamar mandi. Aku langsung didorong sampai terlentang di tempat tidur. Diraihnya penisku yg masih lembek. Diurut-urut, dipijat, sampai akhirnya mulai mengeras sendiri. 

"Hore.. kerasss lagiii.." teriak Sara kegirangan. 

Lalu tanpa ragu-ragu, diemut lagi penisku dengan ganas. 
Dihisap dengan keras. Karena aku takut spermaku keluar sia-sia, maka dengan cepat kutarik badannya ke atas tempat tidur. Kubanting agak keras, lalu kukangkangkan kakinya. Kucium bibir vaginanya, kujilat klitorisnya. Ternyata vagina nya sudah agak basah. Kujilat terus sambil kutekan lidahku ke klitorisnya. 

"Aaahh..ssshh.. ssshh.. ayoo.Masss.. cepeettt.. Masss.." Aku tak perduli, terus saja kujilati klitorisnya.

Tiba-tiba dia bangun, aku, dikangkanginya. Tangannya memegang penisku, lalu diarahkan ke vaginanya. Digerak-gerak kan agar pas dengan lubangnya, lalu perlahan-lahan pantatnya diturunkan. 

"Aaahh..Masss.." saat kepala penisku mulai masuk. 

Dengan sangat perlahan dia menurunkan pantatnya, sampai penisku masuk seluruhnya. Seluruh batang penisku serasa diremas oleh lubang basah hangat.

"Aaahh.. Sara.. sshhh.."

Lalu dia diam sebentar. Aku kaget ketika dia entah sengaja tidak menggerakkan urat-urat vaginanya. Seluruh batang penisku seperti dipijat. Diremas-remas oleh urat vaginanya yg cukup kuat.

"Aaahh.. Sara.. kamu apaiiinn.. hhhggghh.." 

Dengan perlahan, sambil menggerak-gerakkan urat vaginanya, Sara mengangkat pantatnya. Gila rasanya. Penisku seperti ditarik. Sensasinya sampai ke ubun-ubun kepalaku. Seluruh badanku merinding tak sanggup menahan sensasi itu.Setelah kira-kira tinggal kepalanya saja yg terjepit, dengan perlahan pula diturunkan pantatnya. Ini juga, dia mengedut-ngedutkan urat vaginanya. Aku tak sanggup mengungkapkan dengan kata-kata apa yg sedang kurasakan.

Hebatnya, selama dia melakukan hal tersebut, matanya terus memandangiku. 

" Gimana Masss. enaaakkkk?" katanya.
" Aduuuhh.. sara.. Mas bisa matii..keenakan.. niihhh.."

" Tolong dooonngg.. jangan siksa Mas seperti inii.." rintihku. 
"Aaacchhh.. sshhh..aaahhh.. ooohh.." Sara mendesah-desah sambil berpikir ini pasti bakat alaminya. Karena dia baru sekali ini bersenggama. Keturunan? Tak tahu aku..

Mungkin karena kasihan padaku atau kenapa, lalu dia mempercepat gerakan naik turunnya. Makin lama makin cepat. Susunya yg bergoyang-goyang, segera kuremas dengan keras untuk mengimbangi rasa geli dan ngilu di penisku. 

"Aduuuhh.. saaakiitttt.. Maasss.. Jangan keras-keras doonngg.." erangnya. 

Siapa yg perduli, lha wong aku aja juga disiksa begini. Disiksa?
Tak lama rasanya pertahananku mau jebol. 

"Saaarrr.. akuuu.. maauuu.. nyaaammpeee." lalu maniku muncrat ke vaginanya. 

Sedikit yg keluar, karena sudah dua kali. Tapi karena Sara belum sampai dia terus saja naik turun di atas 
tubuhku. 

"Saarrr..udaaahh.. Masss.. ngaakk taahaannn.." aku berteriak karena rasa geli dan ngilu yg tak tertahankan. Aku kelojotan. Wah, Ini tak bisa dibiarkan pikirku.

Lalu kucabut penisku dan kubalikkan tubuhnya, segera saja lidahku, menerjang dan menjelajah liang vaginanya. Kuhajar habis-habisan daging sebesar kedele itu dengan jilatanku yg ganas. 

" Aaahhh. Masss.. aaahh.. ooohh.. yanngg keeraass.. Maasss.. yg..cepaaat Masss.." sambil tangannya menekan kepalaku. 
" Rasanya kok aneh begini? Ini pasti dari maniku." pikirku. 

Lidahku sampai pegal tapi dia kok belum sampai juga yah. Kupercepat dan kuperkeras semampuku. Tak lama kemudian...

Kakinya menjepit kepalaku, tangannya semakin keras menekan kepalaku, pantatnya dinaikkan. 
Dan... "Aaahhh.. Maasss.. akuuu..nggaakk.. kuaaatt.." lalu, 

Akhirnya keluar juga cairan kenikmatannya. Tak banyak. Aku hisap semua. "Aaahh.." aku tergeletak lemas di sebelahnya. Selesai sudah tugasku.

Malam itu aku dipaksa menginap di kamarnya Sara seperti anak kecil yg menemukan mainan baru. Bukan main nafsunya seksnya. Kami main sampai kira-kira jam 2 malam. Semua posisi yg bisa kami lakukan, kami lakukan. Berdiri, jongkok, nungging, di karpet, di tempat tidur, di meja belajar. Dan sepertinya Sara tak pernah merasa puas, yg kuingat dia sampai 5 kali orgasme. Sedang aku sampai habis rasanya cadangan spermaku. Terkuras habis. Entah berapa kali aku orgasme. Aku merasa tak punya tulang lagi. Lemas sekali. Habis siapa yg sanggup menolak permintaan bidadari? Mungkin ini adalah sensasi yg terindah, selama hidupku.

Aku bangun pukul 8 pagi esok harinya, dan langsung pulang karena takut orang tuaku mencariku. Dan aku janji nanti sore akan kembali lagi.

Sejak saat itu, dengan alasan sudah mendekati ulangan umum, maka jamnya ditambah 1 jam menjadi 3 jam setiap pertemuan. Dan ruangan belajarnya pun pindah ke kamarnya. Setiap pertemuan, selalu kami isi dengan pertempuran dahsyat. Dan herannya kami tak pernah bosan dan tak pernah puas. Untuk mengimbangi Sara, aku harus banyak olah raga dan minum telor. Sara pun makin terlihat cantik.

Pernah suatu kali disaat kami sedang bertempur, adiknya mendadak masuk ke kamarnya. Dia menjerit lalu lari keluar. Aku dan Sara sama-sama kaget. Untungnya si Ketty takut sekali sama kakaknya sehingga tetap menjadi rahasia bertiga. Sehingga orang tuanya tidak mengetahui skandal kami.

Saat pembagian rapor tiba, aku deg-degan sekali. Ternyata.. nilai Matematika, Fisika dan Kimianya adalah 8. Bahkan dia bisa masuk 10 besar. Orang tuanya sangat bangga padaku. Aku diberi uang banyak. Selanjutnya kami membuat perjanjian, untuk semester depan agar aku mengajar dia lagi. Selama kurang lebih 2 minggu aku tidak bertemu Sara karena orang tuanya mengajaknya liburan ke Bali. Walaupun aku sekarang tidak mengajar Sara, tapi aku sering mengunjunginya kalau orang tuanya sedang tidak berada di rumah.

Selanjutnya akan kuceritakan pengalamanku dengan adiknya Ketty yg masih berusia 12 tahun dan temannya Sara, Reza dan Rina.